Jumat, 19 Desember 2008

Mereka Masih Ada!!

Memang kekalahan yang didapatkan ketika TImnas Indonesia menghadapi Thailand pada pertandingan pertama semifinal piala AFF,namun apa yang di lakukan oleh suporter Indonesia merupakan sebuah pengabdian yang menembus segala batas.

Mereka menembus batas klub,mereka juga menembus batas daerah,mereka juga menembus batas bahasa hanya untuk memberikan sokongan moral buat tim kesayangan mereka Tim Merah putih.

Tarian dan nyanyian yang menggema seantero senayan seakan menyayat di setiap gendang telinga penikmat TImnas merah putih,meski mereka tidak berada di stadion Gelora Bung Karno namun jiwa dan harapan mereka terbang disana.

Tidak peduli kekalahan demi kekalahan dan kegagalan demi kegagalan yang di persembahkan para suporter Indonesia dengan segala atribut kebesaran tetep berada di belakang Tim Garuda.
MEREKA MASIH ADA!!

Selasa, 16 Desember 2008

Jelang Hadapai Thailand, Bendol Mulai Panik

Pelatih timnas Indonesia Benny Dollo (foto) tampak panik jelang menghadapi Thailand di leg pertama babak semi-final Piala AFF Suzuki 2008 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (16/12) malam.

Hal itu dapat dilihat dengan pernyataan pelatih bertubuh tambun yang akrab di sapa Bendol ini, dalam memberikan keterangan pers di Hotel The Sultan, Jakarta, Senin. Menurutnya, beban yang dihadapi jelang melawan Thailand cukup berat.

"Saya sudah menyatakan kepada ketua umum (Nurdin Halid) saat berkunjung di kediamannya tadi malam. Jujur saja, saya tidak kuat menahan 'Tsunami' ini sendiri. Saya butuh dukungan semua pihak. Bagaimana pun, ini adalah tugas kita semua," tegasnya.

Pernyataan tersebut menyiratkan jika Bendol sudah mulai panik menghadapi beban mental jelang melakoni laga krusial melawan Thailand. Padahal sebagai pelatih kepala, ia harus sanggup menahan beban seberat apa pun. Terebih jika itu terkait dengan prestasi anak asuhnya.

Pada kesempatan itu, Bendol pun kembali mengeluhkan waktu persiapan yang menurutnya sangat minim. Padahal, semula ia selalu menyatakan optimisnya bisa mempersembahkan juara AFF musim ini. Menurutnya, dengan mepetnya persiapan, tidak banyak yang bisa dilakukan. [Goal]

Senin, 15 Desember 2008

Komparasi Bendol vs Peter Reid

Indonesia akan bersua Thailand di semifinal leg pertama Piala AFF 2008, Selasa, 16 Desember 2008, besok. Dua arsitek masing-masing kubu, Benny Dollo dan Peter Reid, akan menjadi sosok penting di balik dua tim yang akan berlaga.

Kalau dilihat curriculum vitae kedua pelatih, Dollo punya sejarah kepelatihan yang lebih panjang ketimbang Reid. Bendol, begitu Benny Dollo biasa disapa, pertama kali menjadi pelatih tahun 1983. Ia saat itu menangani klub UMS 80.

Peter Reid di tahun 1983, masih aktif menjadi pemain di Everton. Pria yang kini berusia 52 tahun itu baru mulai melatih, sambil tetap berperan sebagai pemain, pada tahun 1990. Klub yang ditukangi jelas lebih tersohor, Manchester City.

Setelah melatih City selama tiga tahun, ia baru kembali menangani sebuah tim pada tahun 1995. Reid, yang kala perempatfinal Piala Dunia 1986 adalah salah satu dari pemain Inggris yang kepayahan mengejar Maradona sebelum pemain Argentina itu mencetak gol kedua, di tahun 1995 menangani Sunderland selama tujuh tahun, kemudian Leeds United (8 bulan), Coventry (7 bulan).

Coventry adalah klub terakhir yang ia tangani. Reid dari tahun 1995 menjadi pengangguran sebelum akhirnya dipilih untuk menangani timnas Thailand. Di level klub tak ada gelar juara yang berhasil ia raih bersama anak asuhnya. Baru bersama Thailand, ia sukses merasakan gelar dengan menjuarai T&T Cup setelah mengalahkan Korea Utara dan main imbang melawan tuan rumah Vietnam.

Benny Dollo, kalau dilihat dari kesuksesan membawa timnya juara, jelas lebih baik. Tiga kali ia membawa Arema Malang menjadi juara yakni di divisi satu (2004) dan Copa Indonesia (2005 dan 2006). Bersama timnas, Bendol satu kali merasakan gelar juara yakni di Piala Kemerdekaan 2008.

Melawan Thailand besok, tantangan besar harus dihadapi Bendol. Momok menakutkan Thailand harus mampu diatasi agar perjuangan di leg kedua 20 Desember mendatang tidak harus berubah menjadi sebuah mission impossible belaka. [vivanews]